Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

KEUTAMAAN NEGERI SYAM

  KEUTAMAAN NEGERI SYAM Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq Syam secara umum adalah kawasan yang sekarang meliputi empat negara yaitu Palestina, Yordania, Libanon dan Suriah. Dan wilayah ini memiliki fadhilah khusus baik secara tersirat maupun tersurat di dalam al Quran dan juga Hadits Nabawi. Berikut diantaranya : 1. Negeri yang diberkahi وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ “Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia”.(QS. al Anbiya :71) اللهم بارك لنا في شامنا وبارك لنا في يمننا قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا وبارك لنا في يمننا قالوا وفي نجدنا قال هناك الزلازل والفتن وبها أو قال منها يخرج قرن الشيطان “Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat mas...

ULAMA YANG DIJULUKI SI TULI

  ULAMA YANG DIJULUKI SI TULI Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq Sosok yang kita bicarakan ini adalah ulama generasi tabi’ut tabi’in yang begitu banyak dinukil nasehat-nasehat indah nan menggugah darinya. Hampir bisa dipastikan, jika kita membaca kumpulan nasehat dari para ulama, selalu ada “quote” terselip yang merupakan untaian nasehatnya. Karena itulah kemudian ulama ini digelari : ‌لقمان ‌هذه ‌الأمة “Lukmanul Hakimnya umat ini...”[1] Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, namun lebih dikenal dengan sebutan imam Hatim al Asham yang artinya Hatim si tuli. Mengapa beliau sampai dilabeli dengan sebutan tuli ? Apakah memang pendengaran beliau terganggu sehingga dijuluki seperti itu ? Kan tidak sopan menyebut orang tuli meskipun ia tuli beneran apalagi seorang ulama ? Tidak, julukan itu tidak ada kaitannya dengan fungsi pendengaran beliau, sang imam memiliki pendengaran yang normal bahkan cenderung tajam, adapun julukan tuli ini ada kisah yang melatar belakan...

PENYAKIT GANAS BERNAMA GILA POPULARITAS

  PENYAKIT GANAS BERNAMA GILA POPULARITAS Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq Zaman hari ini sudah lazim di mana-mana orang memburu yang namanya popularitas, atau keterkenalan. Karena dianggap kalau bisa ngetop hidup akan lebih enak terutama urusan nyari duit. Tapi disadari atau tidak, suka dipuji dan dikenal itu telah berubah menjadi satu penyakit yang merusak. Kadang atas nama demi viral ada yang rela melakukan apapun meski harus kehilangan rasa malu dan melakukan maksiat. Makanya kita dapati hari ini tingkah laku sebagian orang yang rela melakukan hal-hal yang sangat aneh, konyol, ekstrim dan teramat bodoh demi meraih keterkenalan. Bahkan lebih mengherankan lagi, jika tidak bisa dipuji karena sebuah prestasi, tak mengapa dicaci asalkan bisa viral dan terkenal. Persis seperti yang disebutkan dalam pepatah arab : ﺑﺎﻝ ﻓﻲ ﺯﻣﺰﻡ ﻟﻴﺸﺘﻬﺮ “Dia sengaja mengencingi sumur Zam-zam agar bisa terkenal.” Padahal, dalam tuntunan agama, memburu pujian dan keterkenalan adalah perbuatan yang sangat tercel...

MENGAJARKAN PAMER DAN VIRAL ?

  MENGAJARKAN PAMER DAN VIRAL ? Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq Syaikh Hasan as Sadziliy rahimahullah, seorang ulama pendiri thariqah Asy Syadiliyah yang hidup di abad ketujuh Hijriyah berkata : أعلنوا بطاعتكم إظهاراً لعبوديتكم كما يتظاهر غيرُكم بالمعاصي، وعليكم بالإعلام للناس بما منحكم الله تعالى من العلوم والمعارف. "Umumkan ketaatanmu agar orang-orang tahu akan ibadahmu, sebagaimana orang lain pede mempertunjukkan kemaksiatannya. Viralkan kepada banyak orang akan ilmu dan pengetahuan yang telah Allah ta'ala anugerahkan kepadamu." [1] Penjelasan : Nasehat beliau dan juga ulama manapun harus disikapi dengan dua cara : Pertama adalah dengan didudukkan sesuai konteksnya. Perkataan sebaik apapun bila tidak dipahami dengan baik akan menjadi rusak. Jangan sampai ketika kita membahas bab memaafkan, yang dibawa dalil-dalil tentang hukum dan keadilan. Dan saat kita bicara hukum dan keadilan, kita seret ke dalil tentang bab memaafkan. Akhirnya rancu. Dan yang kedua, perkataan siapap...