Langsung ke konten utama

MENGAJARKAN PAMER DAN VIRAL ?

 MENGAJARKAN PAMER DAN VIRAL ?

Syaikh Hasan as Sadziliy rahimahullah, seorang ulama pendiri thariqah Asy Syadiliyah yang hidup di abad ketujuh Hijriyah berkata :
أعلنوا بطاعتكم إظهاراً لعبوديتكم كما يتظاهر غيرُكم بالمعاصي، وعليكم بالإعلام للناس بما منحكم الله تعالى من العلوم والمعارف.
"Umumkan ketaatanmu agar orang-orang tahu akan ibadahmu, sebagaimana orang lain pede mempertunjukkan kemaksiatannya.
Viralkan kepada banyak orang akan ilmu dan pengetahuan yang telah Allah ta'ala anugerahkan kepadamu." [1]
Penjelasan :
Nasehat beliau dan juga ulama manapun harus disikapi dengan dua cara : Pertama adalah dengan didudukkan sesuai konteksnya. Perkataan sebaik apapun bila tidak dipahami dengan baik akan menjadi rusak.
Jangan sampai ketika kita membahas bab memaafkan, yang dibawa dalil-dalil tentang hukum dan keadilan. Dan saat kita bicara hukum dan keadilan, kita seret ke dalil tentang bab memaafkan. Akhirnya rancu.
Dan yang kedua, perkataan siapapun harus diselaraskan dengan kitabullah dan as Sunnah.
Karena siapapun bisa diterima atau ditolak pendapatnya, kecuali al Musthafa shalallahu'alaihi wassalam.
Sehingga memahami perkataan syaikh Syadzili di atas juga harus sesuai dengan konteks ucapan beliau dan harus tunduk di bawah alat ukur lurus dan bengkoknya segala sesuatu, yakni Qur'an dan al Hadits.
Dan tentu nasehat beliau di atas bukan untuk melegakkan aksi pamer amal dan pembenaran hawa nafsu kebanyakan orang untuk pengen viral dan populer.
Sehingga kesimpulan dari maksud perkataan Syaikh Syadzili di atas diantaranya adalah :
1. Amal yang dinampakkan adalah amal yang memang umumnya tidak bisa disembunyikan dan tujuannya untuk mendakwahkan atau mengajak orang lain, seperti Haji, pergi shalat berjamaah, jihad dan semisalnya, bukan untuk memamerkan apa lagi supaya dikenal.
Maka tidaklah tercela bahkan terpuji orang yang menyeru kepada jihad dan menampakkannya untuk memotivasi oang lain. Atau orang yang bersedekah dengan terang-terangan untuk mengajak orang lain.
Meskipun tetap dalam sejarah kita akan temui banyak ulama salaful ummah yang berusaha menyembunyikan amal-amal di atas. Demi menjaga agar tidak rusaknya ikhlas di dalam hati.
Ada yang ketika pergi berjihad orang mengira ia sedang pergi berhaji. Dan saat pergi berhaji, orang mengira ia pergi berdagang.
2. Yang selanjutnya tentu ketika seseorang menampakkan amal-amalnya, ia harus bisa selamat dari sifat riya dan berusaha untuk menjaga niat yang ada di dalam hatinya.
Sambungan dari nasehat beliau di atas adalah kalimat berikut ini :
وقد يمدح الإظهار فيما يتعذر الإسرارُ فيه كالغزو والحج والجمعة والجماعة، فإظهار المبادرة إليه وإظهار الرغبة فيه للتحريض بشرط أن لا يكون فيه شائبة رياء.
"Ada kalanya menampakkan ibadah yang tidak bisa dirahasiakan menjadi terpuji, seperti berperang, melaksanakan haji, shalat jum'at, dan berjama'ah. Menampakkan tindakan atau sekedar keinginan untuk menjalankannya adalah dalam rangka memotivasi orang lain dengan syarat tidak tercemari oleh riya'."
Contohnya jika ada yang berkata : "Aku ingin nanti berjihad di Palestina." Atau ada yang berkata, "Aku ingin bukan depan shalat Jum'at masjidil Haram."
Menampakkan amal seperti ini bisa saja bernilai kebaikan. Tapi tidak berarti semua amal inginnya viral dan kita dikenal.
Karena menjaga keikhlasan amal itu tidaklah mudah. Tidaklah anjuran agama yang sangat menekankan untuk menyembunyikan amal kecuali karena hati itu memang mudah berbolak- balik dan rentan terserang penyakit yang merusak niat.
Al imam Sufyan ats Tsauri berkata :
مَا عَالَجتُ شَيئًا أَشَدُّ عَليَّ مِن نِيَّتِي لأَنَّهَا تَتَقَلَّبُ عَليّ
“Tidak ada sesuatu yang paling berat untuk aku jaga, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik dalam diriku“.
3. Yang dianjurkan secara umum untuk menampakkan amal dan ilmu adalah orang-orang yang memang berilmu.
Hal ini agar masyarakat mudah dalam meminta fatwa dan nasehat agama kepada orang yang tepat. Karena jika yang berilmu menyembunyikan ilmunya, bisa jadi orang jahil yang sok berilmu akan berfatwa dan bicara agama semaunya.
Dan menyembunyikan ilmu adalah perbuatan yang memang dicela dalam agama. Dalam hadits misalnya ada ancaman yang berbunyi :
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمً فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ.
"Siapa yang ditanya tentang sebuah ilmu lalu ia mendiamkannya, maka akan dibuatkan kekang dari tali api neraka." (HR. Tirmidzi)
Selain itu, jika kalangan orang berilmu tidak terdepan dalam mensyiarkan dan mendakwahkan agama tentu ini akan menimbulkan fitnah dan kerusakan yang besar.
Orang-orang awam akan berani melanggar perintah agama dengan dalih bahwa orang alimnya saja telah meninggalkannya.
Nasehat beliau ini relevan untuk mengkritik dan mengoreksi sebagian sufi yang mengaku karena telah sampai pada maqam tertentu, sehingga mereka seperti meninggalkan amal-amal dalam agama karena terlalu menyembunyikannya.
Wallahu a'lam.
_____
📜Lathaif al-Minan wa al-Akhlaq fi Bayan Wujub al-Tahadduts bini'mah Allah hal 29

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah bahasa arab lengkap

Makalah Bahasa Arab BAB   I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya ; karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain. Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami. B.        Pengertian Kalimat Isim yang dibaca rofa itu ada tujuh sebagaimana yang akan dibahas dalam babnya masing-masing. Fa’il itu kalimat Isim baik soreh atau muawal yang dibaca rofa yang sebelumnya t...

BIOGRAFI SYEKH AL-'ALLAMAH ABDULLAH BA-FADOL

 BIOGRAFI SYEKH AL-'ALLAMAH ABDULLAH BA-FADOL Nama dan Nasab Beliau : Seorang yang sholeh, alim, faqih, seiykh al-allamah Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad Ba-fadol. Dilahirkan di Kota Tarim-Hadramaut-Yaman pada tahun 850 H. Guru-guru Beliau : Beliau belajar pertama kali kepada ayahnya (Seiykh Abdurrahman), dan beberapa tokoh ilmuan lainnya dari sadah (keluarga) bani alawi di kota Tarim pada waktu itu. Kemudian beliau pergi ke kota Aden dan belajar bersama Seiykh Muhammad Bin Ahmad Ba-fadol, Seiykh Abdullah Bin Ahmad Ba-mahromah, dan  Sayyid Umar Bin Abdurrahman Ba-alawi. Kemudian beliau pergi ke kota Haromaen (Mekah dan Madinah), dan belajar di Mekah bersama Qodi Burhanudin, dan Muhibudin AT-Tobri , dan di Madinah dengan seiykh Muhammad Bin Abi Faraj Al-Usmani, dan Abi Fatah Al-Mawafi dan masih banyak guru-gurunya yang tidak kami sebutkan. Murid-murid Beliau : Ada banyak orang yg belajar dengan beliau. Dan yang paling legendaris di antara mu...

makalah dakwah rasulullah periode madinah lengkap

Tugas kelompok Mata kuliah  :  Sejarah Peradaban Islam Dosen            :  Asra Azis, S.Hum., MA         ABD.KADIR INSTITUT AGAMA  ISLAM  JURUSAN  TARBIYAH ALMAWADDAH   WARAHMAH KOLAKA 2014 KATA PENGANTAR É O ó ¡ Î 0 « ! $ # Ç ` » u H ÷ q §  9 $ # É O Š Ï m §  9 $ # Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga maka lah dengan judul “DAKWAH RASULULLAH  PERIODE MADINAH ” dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM . Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih dalam tentang materi tersebut. Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari rekan-rekan ...